Romantisme Pantai Sadranan
Sabtu,
19 September 2015 adalah salah satu hari bersejarah dalam hidup kami. Karena
pada hari itu, kami menjadi seorang “fotografer” yang telah memotret berbagai momen
indah di salah satu pantai di Wonosari. Beberapa lembar hasil potretan itu
mulai terekam jelas di dalam ingatan kami masing-masing. Mulai dari proses
perjalanan yang cukup jauh, deru ombak yang menghempas karang, ingar-bingar
pengunjung pantai, sampai pelepasan sunset
yang tak dapat dideskripsikan dengan kata-kata.
Awalnya, kami tidak begitu merencanakan
liburan ini. Karena kami tahu, jika merencanakan sesuatu dengan masak-masak,
besar kemungkinan akan berujung pada pembatalan. Ya, anggap saja ini liburan
dadakan kami.
Sekitar
pukul 10.00 WIB, kami melajukan kendaraan menuju pantai Sadranan, yang
berlokasi di Dusun Pulegundes II, Desa Sidoharjo, Tepus, Gunung Kidul,
Yogyakarta. Dengan 6 orang yang mengendarai 3 sepeda motor, membuat suasana perjalanan
tidak terlalu senyap. Meski selama perjalanan, kami merasa seperti menjadi bahan baku
pembuatan barbeque karena disengat
sinar matahari yang kurang ramah di kulit. Dan, sampailah kami pada salah satu
destinasi liburan—setelah menghabiskan sekitar 2 jam waktu tempuh. Tak lupa,
kami telah membayar tiket masuk yang dipatok Rp. 10.000 per orang, dan biaya parkir
sepeda motor Rp. 3k per unitnya.
Maka, jadilah kami menikmati liburan kali ini dengan sesantai-santainya. Sejenak kami melupakan tugas kuliah, melupakan deadline, dan melupakan kenangan sang mantan yang tak kunjung sirna dari ingatan. :o :o
Maka, jadilah kami menikmati liburan kali ini dengan sesantai-santainya. Sejenak kami melupakan tugas kuliah, melupakan deadline, dan melupakan kenangan sang mantan yang tak kunjung sirna dari ingatan. :o :o
1.
Keindahan
Permukaan Laut
Hamparan
pasir di sepanjang bibir pantai seolah tak sabaran menanti kaki-kaki telanjang
untuk menggilasnya, bahkan gulungan ombak yang melambai sampai ke bibir pantai
pun turut menarik hasrat kami untuk segera menjamahnya. Tapi kami ingat, waktu
Zuhur telah tiba bebarapa menit lalu saat kami masih di dalam perjalanan.
Jadilah, kami menunaikan yang wajib dulu kemudian menunaikan yang lain-lain.
Selepas
itu, kami merebahkan tubuh di salah satu pondok di tepi pantai. Ah, andai saja kami bisa merasakan suasana sumilir ini setiap hari, pastilah kenyamanan yang kami dapat. Sayangnya,
polusi yang mendominasi kota turut menyumbangkan pengap yang luar biasa,
aku membenak sekejap.
Agaknya
kami lupa menceritakan sepotong sejarah tentang nama pantai Sadranan. Ya,
pantai Sadranan berasal dari kata Nyadran,
yang memiliki filosofi ritual sedekah laut. Ritual ini diyakini masyarakat
sebagai implementasi dari rasa syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan alam beserta isinya.
2.
Senorkeling; Menyelami Keindahan Dasar Laut
Selepas kami menunaikan shalat Ashar, air
laut pun mulai surut. Dan, terjadilah
proses negosiasi antara kami dan para penyewa alat senorkeling. Harga awal Rp. 35k bisa kami tawar menjadi 30k.
Lumayan, ya khannnn!?
Setelah
puas menikmati pemandangan pantai Sadranan dari permukaannya, kini giliran kami
menikmati pemandangan di dasarnya. Kalau kata Teteh Mariah Carey, “Cause underneath the good there’s something
greater than you know.”
Sebenarnya, ada
banyak momen yang kami tangkap—mulai dari melihat ubur-ubur transparan, ular
laut dan kumpulan ikan-ikan unyu—namun sayangnya tak sempat diabadikan dengan
kamera. Maklum, saat berada di laut, hanya Mas-mas—yang kami belum sempat
mengenal namanya tapi ingat “rasa”nya—yang membawa kamera.
3. Sunset;
Pelepasan Sang
Raja Siang
Dan
tibalah sang raja siang perlahan-lahan akan pulang ke peraduan. Kilau keemasan
turut mengambang melukiskan keindahan di permukaan. Takjub, terpukau, juga
bahagia turut berbaur pada waktu yang bersamaan di dalam benak kami. Beruntunglah,
cuaca tengah berpihak kepada kami. Andai saja mendung, mungkin keindahan ini
tidak dapat kami saksikan.
4.
Ayo
mantai!!!
Jangan
panik, ayo piknik! Gitulah kalimat persuasif yang sering kami baca di instagram
orang-orang. Ya, banyak benarnya kok. Dengan piknik, setidaknya kita telah
memberikan otak kita kebebasan untuk bernapas; istilahnya refreshing-lah.
Buat
teman-teman yang belum sempat mengunjungi pantai ini, kami doakan semoga bisa
segera mengunjunginya. Tenang, kami pulang dari pantai bukan tanpa oleh-oleh
kok. [ ]
Yogyakarta,
05 Oktober 2015.
Blog-nya keren (y) :v
BalasHapus